Psikologi innovasi islam terapan
Resensi Psikologi Inovasi & Explorasi diri
(Sukoco, 25-09-09)
Inovasi Diri
Menjalankan inovasi
diawali dari eksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bentuk
yang lebih tanpa meninggalkan perangkat lama yang masih baik. Tidak
berhenti pada menemukan ide lebih baik, inovasi menuntut langkah
berikutnya berupa pelaksanaan uji-realitas.
Internet dan Explorasi Diri
teknologi dunia maya
ini memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan
diri secara unik. Namun demikian para Psikolog berpendapat, kalau
seseorang gagal mengintegrasikan antara diri sejati dengan diri yang
diekspresikan secara berbeda di internet, maka hal ini akan sangat
berbahaya bagi pertumbuhan pribadi orang tersebut.
Jadilah Kelompok Minoritas
Kriteria sukses atau
gagal mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu
yang lain, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada sekelompok kecil orang
yang diakui oleh semua orang sebagai “manusia-manusia yang sukses”.
Manusia sukses ini jumlahnya amat sedikit jika dibandingkan dengan
mereka yang disebut “manusia-manusia gagal”. Jika dilihat dari suatu
gambar piramida maka orang yang sukses adalah mereka yang berada pada
bagian paling atas sekaligus merupakan bagian yang paling kecil. Oleh
karena itulah mereka seringkali disebut kelompok minoritas. Untuk
menjadi sukses menurut para ahli di pensentasikan bahwa keberhasilan
kebanyakan didukung oleh kemampuan sofl skill, perbandingannya untuk
sukses 85% untuk solf skill dan 15% untuk hard skill. 4 pilar untuk
menjadi sukses adalah harapan, kontrol, keyakinan, kecerdasan bersikap.
Keahlian Menangkap Peluang
Mengamati kebiasaan
hidup yang bekerja, di mana ada sebagian orang yang bisa meraih peluang
dan ada yang belum meraih peluang, maka di antara watak yang bisa kita
pelajari dari apa yang dinamakan sebagai peluang adalah:
Tersembunyi
Ibarat buah, tanpa ada
usaha mengupas kulit, maka esensi tidak kita dapatkan. Dengan analogi
ini maka klop jika intuisi merupakan alat menemukan peluang paling
pertama.
Terbiasa
Kesuksesan berinovasi
(terbiasa baca: peluang) adalah hasil dari evolusi terutama dari apa
yang sudah biasa dilakukan dan diketahui (Incremental addition to
already exist). Sayangnya watak kita seringkali adalah: “making great
jump to extra-ordinary”.
Terdekat
Peluang umumnya muncul
dari jarak yang paling dekat dengan diri anda. Jarak yang maksudkan
adalah sebab riil dalam bentuk kreasi mental atau kreasi fisik. Peluang
dengan kata lain adalah lanjutan dari apa yang pernah anda rasakan,
pikirkan, yakini dan lakukan. Watak ini sudah sesuai dengan hukum
sebab-akibat (cause and effect).
Kemahiran Eksekusi
Dalam dunia perang,
eksekusi adalah maksud yang dibarengi tindakan untuk menembakkan peluru
ke arah lawan. Eksekusi bukanlah keputusan di atas kertas putih atau
kertas mental tetapi pelaksanaan keputusan. Kalau ada lima ekor burung
di hadapan kita kemudian kita putuskan untuk menembak satu ekor, maka
burung itu masih tetap berjumlah lima ekor sebab maksud kita baru
berupa keputusan belum eksekusi. Seorang tokoh samurai terkenal,
Musashi, mendefinisikan eksekusi dengan ungkapan: “taking proper action
in appropriate time” (bertindak pada saat yang tepat). Kemahiran
eksekusi menjadi keahlian vital untuk mengetahui kapan saat yang tepat
untuk melepaskan peluru, mendeteksi posisi lawan, dan bersembunyi.
Kemandirian
Kemandirian, menurut
Sutari Imam Barnadib (1982), meliputi “perilaku mampu berinisiatif,
mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat
melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain”. Pendapat tersebut
juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa
kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri
sendiri.
Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
2. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
4. Sosial, aspek ini
ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang
lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.
Komitmen Organisasi
Richard M. Steers
(1985 : 50) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa
identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi),
keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota
organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai
terhadap organisasinya.
Konsep Diri
Konsep diri dapat
didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian
seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri
negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang
dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan
jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan
diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang
dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh
percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga
terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai
kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang
positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif
yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Proses pembentukan konsep diri dari beberapa faktor yaitu: pola asuh orang tua, kegagalan, depresi, dan kritik internal.
Memahami Cara Mewujudkan Suatu Gagasan
Gagasan adalah bukan
‘sesuatu’ tetapi ia menjadi awalnya. Mirip angka nol yang menjadi awal
seluruh hitungan tetapi ia tidak memiliki makna hitungan apapun
kecuali jika ia berasosiasi dengan angka lain. Begitu juga dengan
gagasan anda. Tanpa diasosiasikan dengan perangkat lain, gagasan akan
tetap selamanya menjadi gagasan. Maka tugas anda yang paling utama
adalah menjadi pejuang gagasan anda, bukan sekedar memilikinya.
Tahapan gagasan adalah: gagasan, tindakan, interaksi, kreasi
(perwujudan).
Memaknai Peristiwa Hidup
• “Kegagalan adalah sukses yang tertunda”. Benarkah? Pembahasannya mengenai Gagal atau Sukses
• Menyikapi kegagalan dalam hidup: membiarkan, menolak, menerima.
• Penbentukan penyikapan kegagalan terdapat beberapa faktor yaitu: lingkungan, sistem struktural, personal
• Memaknai kegagalan
dalam hidup: menciptakan kondisi, menciptakan perbedaan (berupa
kualitas pembeda dalam mengembangkan sembilan sumber daya inti di
dalam diri yaitu: Sumber daya material: fisik, raga; Sumber daya
intelektual: nalar; Sumber daya emosional: sikap perasaan; Sumber daya
spiritual: hati, rohani; Sumber daya mental: daya dobrak; Sumber daya
visual: imajinasi; Sumber daya verbal: komunikasi; Sumber daya social:
relationship; Sumber daya dukungan eksternal: lingkungan dan sistem
struktural), menggunakan kemampuan baru.
Perusak Kepercayaan
a. Malas, setengah-setengah, ogah-ogahan (low commitment) behubungan kedisiplinan.
Biasanya, sebelum kita
berani melanggar berbagai komitmen dengan orang lain, awalnya kita
melakukan pelanggaran itu pada komitmen pribadi. Misalnya, kita punya
rencana tetapi tidak kita jalankan. Kita punya target tetapi kita
biarkan. Kita punya keinginan memperbaiki diri tetapi yang kita
praktekkan malah merusak. Ini semua bukti adanya “gap between the world
of word and the world of action” di dalam diri kita, yang merupakan
buah dari komitmen yang rendah.
b. Keahlian atau kapasitas yang tidak memadai
c. Kebiasaan Melanggar Kebenaran
(Sukoco, 25-09-09)Inovasi
DiriMenjalankan inovasi diawali dari eksplorasi untuk menemukan sesuatu
yang baru dalam bentuk yang lebih tanpa meninggalkan perangkat lama
yang masih baik. Tidak berhenti pada menemukan ide lebih baik, inovasi
menuntut langkah berikutnya berupa pelaksanaan uji-realitas.Internet
dan Explorasi Diriteknologi dunia maya ini memberikan banyak kesempatan
kepada individu untuk mengekspresikan diri secara unik. Namun demikian
para Psikolog berpendapat, kalau seseorang gagal mengintegrasikan
antara diri sejati dengan diri yang diekspresikan secara berbeda di
internet, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan pribadi
orang tersebut.Jadilah Kelompok MinoritasKriteria sukses atau gagal
mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu yang
lain, namun tak bisa dipungkiri bahwa ada sekelompok kecil orang yang
diakui oleh semua orang sebagai “manusia-manusia yang sukses”. Manusia
sukses ini jumlahnya amat sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang
disebut “manusia-manusia gagal”. Jika dilihat dari suatu gambar
piramida maka orang yang sukses adalah mereka yang berada pada bagian
paling atas sekaligus merupakan bagian yang paling kecil. Oleh karena
itulah mereka seringkali disebut kelompok minoritas. Untuk menjadi
sukses menurut para ahli di pensentasikan bahwa keberhasilan kebanyakan
didukung oleh kemampuan sofl skill, perbandingannya untuk sukses 85%
untuk solf skill dan 15% untuk hard skill. 4 pilar untuk menjadi sukses
adalah harapan, kontrol, keyakinan, kecerdasan bersikap.Keahlian
Menangkap PeluangMengamati kebiasaan hidup yang bekerja, di mana ada
sebagian orang yang bisa meraih peluang dan ada yang belum meraih
peluang, maka di antara watak yang bisa kita pelajari dari apa yang
dinamakan sebagai peluang adalah: Tersembunyi Ibarat buah, tanpa ada
usaha mengupas kulit, maka esensi tidak kita dapatkan. Dengan analogi
ini maka klop jika intuisi merupakan alat menemukan peluang paling
pertama.Terbiasa Kesuksesan berinovasi (terbiasa baca: peluang) adalah
hasil dari evolusi terutama dari apa yang sudah biasa dilakukan dan
diketahui (Incremental addition to already exist). Sayangnya watak
kita seringkali adalah: “making great jump to extra-ordinary”. Terdekat
Peluang umumnya muncul dari jarak yang paling dekat dengan diri anda.
Jarak yang maksudkan adalah sebab riil dalam bentuk kreasi mental atau
kreasi fisik. Peluang dengan kata lain adalah lanjutan dari apa yang
pernah anda rasakan, pikirkan, yakini dan lakukan. Watak ini sudah
sesuai dengan hukum sebab-akibat (cause and effect).Kemahiran
EksekusiDalam dunia perang, eksekusi adalah maksud yang dibarengi
tindakan untuk menembakkan peluru ke arah lawan. Eksekusi bukanlah
keputusan di atas kertas putih atau kertas mental tetapi pelaksanaan
keputusan. Kalau ada lima ekor burung di hadapan kita kemudian kita
putuskan untuk menembak satu ekor, maka burung itu masih tetap
berjumlah lima ekor sebab maksud kita baru berupa keputusan belum
eksekusi. Seorang tokoh samurai terkenal, Musashi, mendefinisikan
eksekusi dengan ungkapan: “taking proper action in appropriate time”
(bertindak pada saat yang tepat). Kemahiran eksekusi menjadi keahlian
vital untuk mengetahui kapan saat yang tepat untuk melepaskan peluru,
mendeteksi posisi lawan, dan bersembunyi. Kemandirian Kemandirian,
menurut Sutari Imam Barnadib (1982), meliputi “perilaku mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya
diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain”.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang
mengatakan bahwa kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri.Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa
kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:1. Emosi, aspek ini
ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya
kebutuhan emosi dari orang tua. 2. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan
kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi
pada orang tua. 3. Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. 4. Sosial, aspek ini
ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang
lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Komitmen
OrganisasiRichard M. Steers (1985 : 50) mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai
organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi
anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang
pegawai terhadap organisasinya.Konsep Diri Konsep diri dapat
didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian
seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri
negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik
terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang
dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan
jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan
diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain. Sebaliknya
seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis,
penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu,
juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang
sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan
pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri
yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang
positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan
datang.Proses pembentukan konsep diri dari beberapa faktor yaitu: pola
asuh orang tua, kegagalan, depresi, dan kritik internal.Memahami Cara
Mewujudkan Suatu GagasanGagasan adalah bukan ‘sesuatu’ tetapi ia
menjadi awalnya. Mirip angka nol yang menjadi awal seluruh hitungan
tetapi ia tidak memiliki makna hitungan apapun kecuali jika ia
berasosiasi dengan angka lain. Begitu juga dengan gagasan anda. Tanpa
diasosiasikan dengan perangkat lain, gagasan akan tetap selamanya
menjadi gagasan. Maka tugas anda yang paling utama adalah menjadi
pejuang gagasan anda, bukan sekedar memilikinya. Tahapan gagasan
adalah: gagasan, tindakan, interaksi, kreasi (perwujudan).Memaknai
Peristiwa Hidup• “Kegagalan adalah sukses yang tertunda”. Benarkah?
Pembahasannya mengenai Gagal atau Sukses• Menyikapi kegagalan dalam
hidup: membiarkan, menolak, menerima.• Penbentukan penyikapan kegagalan
terdapat beberapa faktor yaitu: lingkungan, sistem struktural,
personal• Memaknai kegagalan dalam hidup: menciptakan kondisi,
menciptakan perbedaan (berupa kualitas pembeda dalam mengembangkan
sembilan sumber daya inti di dalam diri yaitu: Sumber daya material:
fisik, raga; Sumber daya intelektual: nalar; Sumber daya emosional:
sikap perasaan; Sumber daya spiritual: hati, rohani; Sumber daya
mental: daya dobrak; Sumber daya visual: imajinasi; Sumber daya verbal:
komunikasi; Sumber daya social: relationship; Sumber daya dukungan
eksternal: lingkungan dan sistem struktural), menggunakan kemampuan
baru.
Perusak Kepercayaana. Malas, setengah-setengah, ogah-ogahan (low
commitment) behubungan kedisiplinan. Biasanya, sebelum kita berani
melanggar berbagai komitmen dengan orang lain, awalnya kita melakukan
pelanggaran itu pada komitmen pribadi. Misalnya, kita punya rencana
tetapi tidak kita jalankan. Kita punya target tetapi kita biarkan. Kita
punya keinginan memperbaiki diri tetapi yang kita praktekkan malah
merusak. Ini semua bukti adanya “gap between the world of word and the
world of action” di dalam diri kita, yang merupakan buah dari komitmen
yang rendah. b. Keahlian atau kapasitas yang tidak memadai c.
Kebiasaan Melanggar Kebenaran
Comments
Post a Comment